Melestarikan Bahasa Madura
Pulau Madura adalah bagian dari Propinsi Jawa Timur yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Madura terbagi dalam 4 kabupaten yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep.
Bahasa Madura adalah bahasa yang digunakan Suku Madura. Suku Madura tidak hanya di Madura, tetapi tersebar di seluruh Nusantara. Sebaran Suku Madura yang terbanyak terdapat di di Pulau Jawa yang dikenal dengan kawasan Tapal Kuda yang terbentang dari Surabaya, Pasuruan, Malang, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Jember sampai Banyuwangi. Sehingga ada istilah suku Madura KW 1, KW 2 dan KW 3.
KW 1 terpusat dipulau Madura yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. KW 2 tersebar di kawasan Tapal kuda didaerah Jawa bagian Timur. Sedangkan KW 3 tersebar di daerah-daerah lain seperti Sambas, Pontianak, Bengkayang, Ketapang Kalimantan Barat, Bajarmasin Kalimantan Selatan dan Kota Waringin Timur, Palangkaraya, Kapuas Kalimanatan Tengah.
Bahasa Madura banyak dipengaruhi oleh Bahasa Jawa, Melayu, Arab, Tionghoa dan beberapa bahasa lainnya. Secara geografis karena berdekatan pulau Jawa, pengaruh bahasa Jawa sangat terasa. Adanya tingkatan bahasa dalam penggunaanya, penulisan buku-buku berbahasa Madura mengngunakan Carakan Madura yang kita kenal dengan aksara Jawa adalah bukti yg tak terbantahkan. Namun terbitan buku-buku setelah tahun 1972 telah menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD).
Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Antara tulisan dan bacaan bisa berbeda. Begitu uniknya orang luar Madura susah mempelajari dan melafalkan Bahasa Madura. Jangankan orang luar, orang Madura sendiri sering salah dalam penulisan dan pelafalan. Sehingga dalam perkembangannya bahasa Madura mulai ditinggalkan, terutama oleh generasi muda. Banyak generasi milenial sudah tidak menggunakan bahasa Madura dalam percakapan sehari-hari sebagai bahasa ibu.
Di Sekolah bahasa Madura diajarkan dari tingkat sekolah dasar dan menengah dengan porsi terbatas, rata-rata 2 jam pelajaran per minggu. Sumber-sumber bacaan juga terbatas. Buku-buku berbahasa Madura jarang ditemui. Belakangan sumber bacaan sebagai acuan pelajaran di Sekolah khususnya SD di Madura berbeda-beda.
Kabupaten Sumenep dan Kabupaten lain di Madura bisa berbeda dalam hal sistem penulisan. Kabupaten Sumenep yang semula menjadi acuan standar di Madura sudah tidak dipakai lagi. Ini berbahaya, bisa merusak tatanan berbahasa Madura yang benar. Dan generasi Madura mendatanglah yang dirugikan. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama khususnya para pendidik terutama guru yang menjadi garda terdepan dalam pendidikan.
Berangkat dari keprihatinan itu dan sebagai bagian dari upaya melestarikan bahasa Madura khususnya di Kabupaten Sumenep, salah satu dari guru SDN Kebunagung II, Bpk. Mohamad Imran, A.Md.Pd berhasil menambah koleksi buku bacaan bahasa Madura dengan judul " Sakoko Ereng BAB BASA MADURA ( Ejaan, Oca', Okara ) yang diambil dari berbagai Sumber terutama dari Tim Nabara Sumenep.
Buku ini belum dicetak dan dipublikasikan, hanya berupa naskah dan bisa digunakan dikalangan sendiri. Anda bisa mendapatkannya dari link berikut ini.
Posting Komentar untuk "Melestarikan Bahasa Madura"
Komentari dengan kata-kata yang baik